Sugeng Rawuh Dateng Blog Kulo

Rabu, 31 Oktober 2012

Orang Meninggal Itu Ternyata Hidup


Sebelum Raymond A. Moody, filosof dan psikolog asal Amerika, melakukan penelitian terhadap orang mati suri dan menuliskanya menjadi buku  “Life after Life” pada tahun 1975 mungkin orang Barat tidak pernah percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian.

Hal ini bisa dimaklumi, karena orang Barat terbiasa dengan berpikir rasional, dan mengukur segala sesuatu secara empiris. Kehidupan setelah kematian adalah sesuatu yang tidak mudah mengukur dan membuktikannya sampai ada orang yang memberikan kesaksian bahwa memang ia mengalami kehidupan setelah mati. 

Banyak orang yang mengalami mati suri, seperti 150 orang yang menjadi subyek penelitian Raymond A. Moody dan banyak juga di Indonesia, yang memberikan kesaksian bahwa ternyata ada kehidupan setelah kematian. Ajaran agama yang mengatakan bahwa ada siksa kubur dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam kubur menjadi sesuatu yang benar adanya setelah cerita dari orang yang mengalami mati suri terungkap.

Dari hasil penelitian Raymond, ada 9 elemen yang ditemui oleh orang yang mati suri  yaitu suara aneh, kedamaian dan kehilngan rasa sakit, pengalaman keluar  dari tubuh, pengalaman dalam terowongan, terangkat cepat ke atas, manusia cahaya, wujud cahaya, ulasan kehidupan dan  desakan untuk kembali.

Penelitian Raymond diperkuat dengan kesaksian-kesaksian orang mati suri yang ada di belahan dunia. Di Indonesia, cerita tentang pengalaman mati suri pernah juga ditampilkan di salah satu acara televisi. Mereka semuanya memberikan kesaksian bahwa betul ada kehidupan setelah kematian.  Seperti yang dialami Aslina warga Bengkalis yang mati suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis berusia sekitar 25 tahun itu memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut dan apa yang disaksikan ruhnya saat mati suri.

Dalam pandangan Islam,  kematian dianggap sebagai peralihan kehidupan, dari kehidupan dunia menuju kehidupan di alam lain. Setelah meninggal dan dikuburkan, manusia akan dihidupkan kembali dan proses penghitungan amal baik-buruk akan terjadi. 

Islam juga mengajarkan bagaimana sikap orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah meninggal dunia. Mendoakan sesuatu yang baik adalah sangat dianjurkan.  Sebuah hadis menjelaskan bahwa “Apabila seorang manusia meninggal, maka akan terputus amalannya kecuali tiga perkara : shadaqoh jariyah (shadaqoh yang memberi manfaat berkesinambungan)  atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kepadanya” (HR Abu Hurairah) .

Dengan penjelasan agama dan didukung penelitian empiris, kematian sesungguhnya awal dari kehidupan yang abadi di alam akhirat.  Sebagaimana kita akan  pergi jauh dan dalam waktu yang sangat lama, sudah selayaknya kita menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya.

Mari, Merenungi Kematian


Merenungi hidup, itu biasa. Tanpa siapa pun kita berusaha merenungi hidup, manusia diciptakan dengan fitrah kuat untuk memikirkan hidupnya. Karena itu, manusia dianggap sebagai makhluk atau ciptaan Allah yang selalu kepayahan.

"Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah..." (QS. Al-Balad: 4).

"Sesungguhnya, manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapatkan kebaikan ia kikir.." (QS. Al-Ma'aarij: 19-21)

لاَ يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ

"Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan darinya..." (QS. Al-Hijr: 48).

Manusia begitu kepayahan, dan wujud kepayahan itu begitu terlihat nyata dalam kehidupan, hanya semata-mata karena ia memikirkan hidup. Diawali dengan bagaimana ia tetap bertahan hidup. Lalu berkembang, bagaimana ia bisa hidup dengan lebih baik dari sekarang. lalu berlanjut lagi, bagaimana ia bisa hidup enak. Selanjutnya, bagaimana ia bisa hidup enak dan mudah. Lalu bagaimana bisa hidup lebih enak dan lebih mudah lagi. Setelah itu, bagaimana ia bisa tetap bertahan hidup enak dan mudah. Dan seterusnya. Satu obsesi, melahirkan obsesi lain.

Maka kita sering mendengar sebuah pertanyaan klasik, "Apa obsesi dalam hidup ini yang belum Anda capai?"

Lalu, selalu saja kita mendapatkan jawaban yang nyaris sama persis dari yang ditanya, "Saya ingin seperti ini, begini, dan begitu..."

Padahal, yang ditanya kebanyakan justru orang yang sudah tampak seperti memiliki segalanya. Punya popularitas, punya uang, punya banyak teman, punya pekerjaan yahut sebagai mesin uangnya. Tapi, itulah proses memikirkan wujud yang disebut 'hidup'.

Begitu besar obsesi manusia, dan begitu beragam dinamika dari obsesi tersebut, sehingga sedikit saja nyasar ke wilayah yang kurang dikehendaki, seseorang akan merasa kepayahan. Ia akan begitu menderita karenanya.

Ada orang yang kepayahan karena sulit bertahan hidup. Ada yang kepayahan karena tak bisa hidup enak. Ada yang merasa susah karena tak bisa hidup enak dengan mudah. Ada juga yang merasa begitu kepayahan karena sebagian dari rasa 'enak' dan rasa 'mudah' itu berkurang sedikit saja. Ata tidak berkurang, tapi ada orang dekat yang mencapainya dengan lebih mudah, dan merasakan yang lebih enak. Itulah, sebagian dari yang diisyaratkan oleh Alquran di atas, "Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah..." (QS. Al-Balad; 4).

Bagitu payahnya kita memikirkan hidup, padahal hidup dan mati itu sama pastinya. Kita pasti hidup, karena inilah hidup itu. Tapi kitapun pasti akan mati. Sayangnya, kita begitu gigih memikirkan hidup yang pasti ini, namun teledor memikirkan kepastian yang lain, yaitu mati!!

Ya Rabbi! Betapa bodohnya kami. Begitu banyak hal tentang hidup, kita pelajari, kita amati, kita cermati dan kita nikmati sepuas hati. Tapi, berapa banyak hal tentang kematian yang telah kita ketahui? Sedikit saja.
Berapa banyak hal tentang kematian yang kita amati, kita resapi dan kita jadikan panduan menjalani hidup ini? untuk menyongsong datangnya kematian itu suatu hari? Nyaris tak pernah. Betapa mengenaskan.

Ketika kehidupan dunia yang begitu canggih seperti sekarang ini sudah menawarkan begitu banyak kenikmatan hidup bagi kita, saatnya kita berpikir tentang kematian. Saatnya kita menyisakan sebagian waktu kita, untuk merenungi, bagaimana kita akan mati....